Doloksanggul (Humas), Suaraindependen.id - Kabut pagi masih menyelimuti jalanan berbatu yang basah dan berlumpur. Langkah kaki seorang perempuan muda mantap menapaki jalan sempit yang dikelilingi hutan lebat. Dengan tas ransel di punggung dan senyum penuh semangat, ia berjalan menuju madrasah tempatnya mengabdi.
Dialah Baida Rani Asal Aek Nabara Labuhan Batu Kelahiran 1995 yang sebelumnya mengajar di SMA dan SMK Swasta Tanjung Morawa.Wanita yang memiliki hobi membaca yang terinspirasi dari seorang dr. Aisah Dahlan, seorang dokter yang menginspirasi banyak orang dengan berbagai tips psikologi dan neuparenting.
Rani merupakan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) guru yang ditempatkan di MIN Humbang Hasundutan daerah terpencil di desa Parmonangan Kecamatan Pakkat.
Perjuangan Rani dimulai sejak dirinya lulus seleksi CPNS pada tahun 2024. Ia tidak menyangka akan ditempatkan di sebuah madrasah di pedalaman yang hanya bisa dijangkau dengan sepeda motor trail atau berjalan kaki puluhan menit.
Akses jalan yang rusak parah, jaringan telekomunikasi yang nyaris tak ada, dan keterbatasan fasilitas sekolah bukanlah halangan baginya. Justru itu menjadi cambuk untuk terus belajar, bertahan, dan memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak di pelosok negeri.
“Awalnya saya kaget, karena harus jauh dari suami dan keluarga dan fasilitas serba terbatas. Tapi ketika melihat semangat anak-anak untuk belajar, semua rasa lelah itu hilang,” ujar Rani dengan mata berbinar.
Madrasah tempat Rani mengajar hanya memiliki ruang kelas sederhana. Sebagian siswa harus duduk berdesakan karena minimnya meja dan kursi. Namun, antusiasme mereka untuk menuntut ilmu luar biasa. Tak jarang, mereka datang dengan berjalan kaki sejauh 3 hingga 5 kilometer setiap hari.
Rani mengajar sebagai guru kelas. Di sela-sela kesibukan mengajar, ia juga membantu para guru senior menyusun program belajar tambahan bagi siswa yang tertinggal. Tidak jarang, ia juga turun tangan dalam kegiatan sosial dan pembangunan lingkungan madrasah, mulai dari membersihkan halaman hingga membantu perbaikan ringan bangunan.
“Saya merasa inilah bentuk nyata dari pengabdian sebagai guru. Bukan hanya mengajar, tapi juga ikut membangun karakter dan semangat anak-anak di sini,” tambahnya.
Meski berada jauh dari keramaian kota, Rani tidak merasa sendiri. Ia membentuk komunitas kecil bersama beberapa guru muda lainnya yang juga ditempatkan di daerah terpencil. Mereka saling menyemangati, berbagi materi ajar.
Kementerian Agama mengakui peran besar para guru CPNS seperti Rani dalam mengangkat kualitas pendidikan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Kepala Madrasah tempat Rani mengajar Ridawati Sinaga S.Pd menyampaikan rasa bangga dan terima kasih atas dedikasi para guru muda.
“Mereka adalah pahlawan sejati. Datang dengan hati, bekerja dengan ikhlas, dan memberi harapan bagi generasi penerus bangsa,” ujar Rahida.
Meski jalanan berlumpur, hujan deras, atau rindu kepada sang Suami dan Keluarga , Rani memilih untuk tetap bertahan. Baginya, menjadi guru bukan hanya profesi, tetapi panggilan jiwa.
“Saya percaya, pendidikan adalah kunci perubahan. Jika kita mau bergerak dan mengajar dari hati, maka perubahan itu akan nyata, meski dimulai dari pelosok terpencil,” pungkasnya.
Semangat Rani adalah potret dari ribuan guru muda di seluruh pelosok negeri yang rela meninggalkan kenyamanan demi mencerdaskan anak bangsa. Di balik keterbatasan, mereka hadir membawa harapan. Di tengah heningnya hutan dan jalanan rusak, suara mereka menggema: “Kami ada untuk mengabdi.”(red)